Rabu, 23 Maret 2022

Modul 2.3.a.4.2 Komunikasi yang Memberdayakan

 

Eksplorasi Konsep - Pembelajaran 1



Komunikasi yang Memberdayakan

A. Komunikasi Asertif

Dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.

Untuk lebih memahami, simaklah video singkat berikut ini kemudian jawablah pertanyaan reflektif yang disajikan:

Question #1

1

Response is required
Response is required

saya lebih sering menggunakan gaya komunikasi pasif, terkadang juga agresif. karena saya lebih banyak mendengarkan  dan lebih suka dengan suara yang terbanyak yang saya rasa benar. Pernah juga menyampaikan aspirasi jika pendapatnya tidak sesuai dengan pemikiran saya 

Question #2

2

Response is required
Response is required

1.  mengetahui  gaya komunikasi kita untuk langkah awal sebagai komunikator asertif
2. memahami situasi dan gaya berkomunikasi  orang yang di ajak bicara
3.  menyampaikan fakta bukan mencari kesalahannya
4.melatih bahasa tubuh dan nada bicara kita.
5. Menjadi pendengar yang baik dan penanya yang handal, untuk mencerminkan rasa percaya diri saat berkomunikasi 
6. Mencari solusi  untuk mencapai kompromi


Question #3

3

Response is required
Response is required

tantangan yang sangat rawan sekali yaitu dikhawatirkan menyinggung perasaan orang lain, pendapat kita dapat menyebabkan orang lain tidak nyaman  karena selama ini saya selalu  berusaha untuk membuat orang lain senang dan selaras untuk menghindari adanya perbedaan pendapat

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.

Ketika melakukan kegiatan coaching, sebagai seorang coach kita biasanya menghendaki adanya hasil yang dicapai, namun ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.

Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:

1.   Menyamakan kata kunci

Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.

Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.

Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.

Percakapan 1

Murid  : “Bu, aku tuh kalau uda masuk kelas Pak Mato, pikiran tuh langsung ambyar..byar byar Bu.”

Guru    : “Oh demikian? Bisa kamu ceritakan ambyar yang bagaimana sehingga kamu sulit konsentrasi belajar di kelas?”

 

Percakapan 2

Murid  : “Pak, Timun selalu gitu deh. Lebay banget kalau uda ngomong. Saya makin lama uda gak nyaman mau main sama dia.”

Guru    : “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan barusan?


2.  Menyamakan bahasa tubuh

Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.

Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan  mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.

3. Menyelaraskan emosi

Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.

Contoh:

Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”

Guru  : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”

Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.

Question #4

4

Response is required
Response is required

Komunikasi asretif  akan membangun hubungan kita dengan orang lain karena ada pencapain bersama dan kesepakatan  dalam pehaman kedua belah pihak. Dalam berkomunikasi asertif akan membangun hubungan yang positif antara guru dan murid,  maka secara tidak langsung kita menanamkan dan membudayakan rasa menghormati dan saling menghargai. Komunikasi asertif akan membentuk kepribadian guru dan murid yang tegas. 

Question #5

5

Response is required
Response is required
Dampaknya yaitu, kita akan terbebas dari permaslahan eksternal maupun internal, meningkatkan rasa percaya diri,  dan berani untuk menyampaikan pendapat kita 

B. Pendengar aktif

Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda

I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant

~ Alan Greenspan

(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan)

Question #6

6

Response is required
Response is required

Komunikasi yang jelas merupakan kesuksesan kita dalam pembelajaran di kelas maupun dalam pekerjaan kita sebagai guru. keberhasilan pembelajaran akan berhasil dengan adanya komunikasi yang di pahami oleh murid, dan sebaliknya jika murid  tidak  memahaminya maka akan ada kesalahan dalam kegiatan pembelajaran. Dan kita harus terbiasa untuk meminta pendapat dari murid atau teman sejawat agar apa yang kita sampaikan bisa dipahami dengan baik, yang sesuai tujuan atau tidak. Dan kita tidak perlu mendengarkan pendapat yang tidak ada nilai positifnya

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.

Terdengar mudah ya untuk dilakukan? Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. Namun apakah sungguh semudah itu? Dapatkah kita dengan sungguh mendengar mereka dan tidak mendengarkan apa yang ada dipikiran kita sendiri? Mari kita belajar lebih lanjut tentang kata kerja “mendengar” melalui tautan video berikut ini.

Question #7

7

Response is required
Response is required

Mendengarkan merupakan proses aktivasi saraf pendengaran yang di lakukan secara sadar dan bertujuan , mendengarkan  berarti kita memperhatikannya bagaimana cerita itu disampaikan bukan hanya pada ceritanya saja, tetapi pesan verbal atau nonverbal apa yang ingin di sampaikan. Dalam mendengar kita juga memerlukan konsentrasi penuh, bukan hanya mendengar saja, ketrampilan  dalam menjaga relasi dan hubungan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses mendengarkan lewat bahasa tubuh dan bahasa lisan yang akan merespon

Question #8

8

Response is required
Response is required
hambatannya yaitu adanya pesan yang mendetail dan rumit  membuat kita sulit untuk memproses dan menyimpannya, tidak fokus mendengarkan akan sulit untuk menangkap sebuah pesan, dan gaya komunikasi masing masing orang pasti berbeda beda  maka dari kita harus  mengerti teknik untuk menjadi pendengar yang aktif, sehingga kita mampu untuk menangkap pesan yang ingin di sampikan
Question #9

9

Response is required
Response is required

memperhatikan dengan seksama dan menangkap kata kuncinya dari pesan yang disampaikan, menunggu pembicara untuk menyelesaikan pembicaraannya walaupun kita sudah paham apa yang ingin di sampaikan atau kita tidak setuju dengan pendapatkan, memberikan kesempatan kepada orang lain terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapatnya , tidak menganggap remeh orang lain  dan  berusaha menghargai orang lain dengan menganggap informasi yang disampaikan sesuai dengan yang kita butuhkan

Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:

  • Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
  • Emosi dan perasaannya
  • Pikirannya
  • Bahasa tubuh dan mimik wajah
  • Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
  • Usaha dan hasil yang dicapai
  • Materi lainnya yang disampaikan

Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.

5 Teknik mendengarkan aktif

1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan. 
Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi untuk hadir sepenuhnya selama coaching berlangsung.

2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan.
Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:

  • Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”
  • Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan
  • Raut wajah positif – senyum
  • Kontak mata – jaga kontak mata
  • Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada
  • Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki

3. Menanggapi perasaan dengan tepat
Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan.
Contoh: 
“Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”

4. Parafrase 
Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri.
Contoh:
Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”
Anda: “Jadi kamu merasa kecewa sama Bapak Ibumu karena mereka tidak acuh dan tidak mengurusi sekolah mu ya?”

5. Bertanya
Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.

gbr

Gambar 5. Menjadi Pendengar Aktif

C. Bertanya Efektif

Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?

Dalam melaksanakan coaching ketrampilan kunci yang diperlukan adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang yang coach tidak sekedar berupa respon pendek atau respon ya dan tidak. Pertanyaan seorang coach diharapkan ‘ dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.

gbr

Gambar 6. Pertanyaan

Mari kita simak video pada tautan berikut, 


Selanjutnya, buatlah 2 contoh dari masing-masing jenis pertanyaan efektif berikut.

Question #10

10

Response is required
Response is required

1. apa yang menjadi tujuanmu dari pembelajaran hari ini ?
2. Coba kamu ceritakan hambatan yang kamu hadapi ?

Question #11

11

Response is required
Response is required

1. Coba sebutkan hal hal yang bisa membantu kamu untuk mencapai target belajar di tahun ini ?
2. Apa makna sebuah kesuksesan bagi kamu ?

Question #12

12

Response is required
Response is required

1. Bagaimana hasil analisis kekuatan dan kelemahan rancangan program yang kamu buat ?
2.  Coba kamu ceritakan kekhawatiran  yang kamu rasakan?

Question #13

13

Response is required
Response is required

1. menurutmu kita harus memulia  dari mana ?
2. Apa yang akan terjadi jika kamu sekolah di SMK ?

Question #14

14

Response is required
Response is required
1. Apa yang sudah kamu pahami dari pembelajaran hari ini ? 2. Dari materi yang sebelumnya apa yang menjadi tantangan kamu selanjutnya?
Question #15

15

Response is required
Response is required

1. Apa yang sepantasnya kamu perbuat saat ini ?

2. Komitmen untuk melakukan tindakan ini bagaimana ?

Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.

1. Pertanyaan tertutup

Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.

JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.

Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan

Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan  coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.

Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.

Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”

Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”

Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”

Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”


D. Umpan Balik Positif

Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.

Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):

1.    Langsung diberikan saat komunikasi.

Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”

2.    Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan

Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”

3.    Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan

Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”

4.    Apresiasi – menyertakan motivasi positif

Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”

Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif.


Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar