Minggu, 27 Februari 2022

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE 10 CGP ANGKTAN 4

 

MODUL 2.1
JURNAL REFLEKSI MINGGU KE 10
(21 - 26 FEBRUARI 2022)

NITA MULYANI, S.PD.SD
CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN PASURUAN

 

MODEL 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)
4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

1.       Facts (Peristiwa) :

M  Melalui Vicon dengan Intruktur ibu Yuni Widiastuti , Fasilitator, dan CGP untuk menggali dan mengeksplorasi pemahaman tentang memenuhi belajar murid melalui pembelajaran Berdeferensiasi

2.       Feelings (Perasaan):

Dari kegiatan ini semakin memberikan semangat baru dan pemahaman yang lebih baik tentang pembelajaran berdiferensiasi untuk menerapkan dan mengimbaskan kepada murid, teman sejawat dan orang tua murid

3.       Findings (Pembelajaran):

Sebelumnya memperlajarai materi ini saya melaksanakan pembelajaran tanpa melihat kebutuhan murid, hanya mengacu pada KD saja, hanya mengejar KKM. Dengan  pembelajaran berdiferensiasi  ini saya harus menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya. Salah satu tujuan Peran dan Nilai Guru penggerak harus bisa menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Sesuai dengan Visi Guru penggerak adalah mewujudkan profil pelajar pancasila dengan membangun budaya posiitf yang mendukung pembelajaran berdefernsiasi

4.       Future (Penerapan):

Setelah saya mempelajari modul ini

1.       Saya akan menerapkan di lingkungan sekolah dan sekitar serta melakukan kolaborasi dengan teman sejawat

2.       Melakukan koordinasi dengan wali murid untuk meningkatkan potensi murid


3.      
Saya akan mengimbaskan pembelajaran berdefernsiasi ini pada kegiatan KKG

Jumat, 25 Februari 2022

MODUL 2.1.A.9 KONEKSI ANTAR MATERI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

2.1.a.9 KONEKSI ANTRA MATERI PEMBELAJARAN BEREDIFERENSIASI
 

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferesiansi ?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Tomlinson (2001: 45)
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
 Bagaimana hal ini bisa di lakukan di kelas ?
Yang harus kita lakukan adalah :
1. Mengidentifikasi kebutuhan murid mulai dari kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar.
2. Mengidentifikasi kebutuhan murid seperti : mengamati perilaku murid, mengidentifikasi pengetahuan awal, mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran, berbicara dengan guru murid sebelumnya, membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya,dan menggunakan berbagai penilaian formatif dan diagnostik
3.  Menganalisis penerapan 3 pembelajaran berdiferensiasi yaitu konten,proses, dan produk
4.  Mengimplementasikan RPP dalam konteks pembelajaran di kelas
5.  Guru menunjukkan sikap yang kreati, percaya diri, mau mencoba, berani mengambil risiko dalam menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi

Bagaimana Pembelajaran Berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal ?
Dengan melakukan pemetaan terhadap kebutuhan murid berdasarkan  3 aspek yaitu :
A. Kesiapan belajar terdiri dari melihat kemampuan murid dalam hal cepat - lambat, konkrit – abstrak, sederhana – komplek, dan mandiri – bantuan.

Mencari  informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2

B. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Tomlinson, 2001)
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
1. menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan         humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
2. menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, 
3. mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
4. menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

C.    Profil Bejar murid, terdiri dari lingkungan, budaya, gaya belajar, dan multi intiligency
Menerapkan Strategi yang tepat dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Konten
materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum ● Membedakan pengorganisasian ● Membedakan format penyampaian2.       
Proses
kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami konten ● Membedakan proses yang harus dijalani oleh murid
 Produk
Bukti yang menunjukkan apa yang murid telah pahami ● Membedakan dan memodifikasi produk sebagai hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari
 

Koneksi Antar Materi

Pembelajaran  berdifernsiasi bertujuan memenuhi kebutuhan beajar murid yang dapat mengakomodir keberagaman siswa seperti  kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar  sehingga mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa

CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN PASURUAN

 Filosofi Ki Hajar Dewantara

Menuntun segala Kodrat yang ada pada anak yaitu kodrat alam dan kodrat zaman agar mereka bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya baik sebagai  manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru menuntun tumbuh dan hidupnya kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) dan tumbuh kekuatan kodrat pada anak

 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Dalam mewujudkan pembelajaran Berdiferensiasi kita harus menerapkan Nilai dan Peran Guru penggerak.
Nilai-nilai Guru Penggerak yang harus terinternalisasi ke dalam jiwa guru adalah
1) mandiri, artinya guru melakukan sesuatu atas kesadaran sendiri tanpa perintah atasan atau pemangku kebijakan
2) reflektif, artinya memikirkan ulang, memutar ulang kejadian yang sudah lalu karena pengalaman adalah guru yang terbaik jika diikuti dengan refleksi;
3) kolaboratif, artinya sekarang bukan zamannya mengedepankan persaingan, lebih baik saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yaitu melahirkan profil pelajar pancasila;
4) Inovatif, artinya harus selalu melakukan perubahan sesuai kodrat alam dan kodrat zaman, tanpa adanya inovasi kita akan tertinggal karena banyak hal yang berubah dengan cepat;
5) Berpihak pada murid, artinya sebagai guru harus berempati, memahami kebutuhan murid, memahami apa kebutuhan murid-murid kita.
Peran guru penggerak adalah
1) menjadi pemimpin pembelajaran, yaitu mendorong wellbeing kondisi pembelajaan siswa;
2) menggerakkan komunitas praktisi, artinya guru harus mampu menggerakkan komunitas seperti KKG kearah yang lebih maju;
3) menjadi coach bagi guru lain, artinya guru penggerak harus mampu menjadi suri tauladan bagi guru lain;
4) mendorong kolaborasi antarguru, artinya ia mampu bekerjasama dengan rekan sejawat, tidak bersaing;
5) mewujudkan kepemimpinan murid, artinya guru penggerak mampu membangun sikap kepemimpinan dalam diri siswa agar menjadi siswa yang bertanggung jawab serta dapat mengembangkan potensinya sebagai seorang pribadi. 

Visi  Guru Penggerak

Peran guru penggerak merupakan dasar pijakan untuk mencapai visi guru penggerak. Visi itu sendiri merupakan gambaran mimpi yang ingin dicapai secara keseluruhan. Visi merupakan kalimat yang tidak mudah diwujudkan, perlunya adanya upaya yang konsisten dan perubahan yang mendasar. Visi saya sebagai guru penggerak adalah "Unggul dan Kompeten dalam Mewujudkan Merdeka Belajar untuk melahirkan Profil Pelajar Pancasila". Guru penggerak tentunya harus menginternalisasi nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam dirinya sehingga mampu mewujudkan merdeka belajar. Sesuai dengan tujuan Pembelajaran berdiferensiasi dalam membentuk profil pelajar pancasila yang sesuai dengan visi guru penggerak dan sekolah yang dibangun berdasarkan pemetaan kekuatan internal dan eksternal melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam akronim BAGJA tersebut adalah Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi.

Budaya Positif

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferesiasi di kelas diperlukan suatu lingkingan belajar yang aman, nyaman dimana terdapat budaya positif dalam kelas tersebut. Dalam hal ini budaya positif lebih berpihak pada siswa. Yang pertama harus kita lakukan yaitu :
1.   Membuat Kesepakatan Kelas sebagai Langkah Awal dalam Membangun Budaya Positif yang Berpihak pada Murid
2.   Menciptakan Visi Sekolah untuk Membangun Budaya Positif yang Berpihak pada Murid
Bahwa untuk membangun budaya positif, keterlibatan guru, murid, manajemen sekolah dan orang tua sangat diperlukan. Semuanya harus bahu membahu dalam membangun budaya positif di sekolah. Untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.

Sabtu, 19 Februari 2022

Aksi Nyata Budaya Positif Modul 1.4 Guru Penggerak

 



Aksi Nyata Budaya Positif Modul 1.4 Guru Penggerak

Aksi nyata budaya positif modul 1.4 calon guru penggerak merupakan implementasi modul yang membahas "budaya positif" bagi siswa dilingkungan sekolah.

Dalam modul ini  calon guru penggerak di didik bagaimana cara mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Dalam modul tersebut terdapat tugas yang harus diselesaikan oleh calon guru penggerak. Salah satu tugasnya adalah aksi nyata budaya positif.

Berikut ini salah satu tugas dari modul 1.4 yang dibuat oleh salah satu calon guru penggerak.

Aksi Nyata Budaya Positif

Dibuat oleh 
Nita Mulyani, S.Pd.SD 
UPT Satuan Pendidikan SDN SUKOREJO  I  Kabupaten Pasuruan Jawa Timur

1.1 Latar Belakang

Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia. Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar peserta didik mampu berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri, dan bertanggungjawab.

Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang selama ini dijalankan di sekolah. Kesadaran akan penerapan disiplin belum berdasarkan motivasi internal, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut sistem penghargaan dan hukuman. Model disiplin yang dibangun masih belum berpusat pada siswa selain itu posisi kontrol guru belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat siswa merasa bersalah.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi internal. Siswa yang memiliki disiplin diri berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Bagaimana Peran kita sebagai pendidik dapat menumbuhkan disiplin diri pada diri siswa sehingga siswa mampu menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna, mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang dihargai.

Bagaimana budaya positif yang sudah ada disekolah berkembang menjadi karakter semua warga sekolah. Bagaimana pendidik menumbuhkembangkan budaya positif dalam mewujudkan karakter profil pelajar pancasila, dan bagaimana menerapkan disiplin restitusi di posisi monitor dan manajer sehingga lingkungan yang positif, aman dan nyaman dapat terwujud.

1.2 Deskripsi Aksi Nyata

1. Tujuan.

Adapun yang menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:

  • Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif.
  • Terbentuknya karakter disiplin yang kuat.
  •  Menumbuhkan dan menguatkan karakter positif melalui pembiasaan-pembiasaan positif.
  • Menumbuhkembangkan karakter profil pelajar pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pamcasila.
  • Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui penerapan restitusi dalam menanamkan disiplin positif pada siswa.

2. Tolak Ukur

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :

  • Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Keyakinan kelas ini dibentuk dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas.
  • Konsistensi peserta didik dan walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas.
  • Minimal 75% peserta didik sudah menunjukkan menguatnya karakter positif seperti religius, peduli, disiplin, toleransi, gotong royong dan bertanggungjawab pada proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
  • Membudayanya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun)
  • Munculnya karakter berdaya nalar kritis pada proses pembelajaran yang terlihat dari keaktifan peserta didik dalam bertanya, berpendapat/berargumen, dan menjawab pertanyaan dari guru.
  • Dokumentasi kegiatan pembentukan keyakinan kelas bersama peserta didik dan wali kelas, proses kegiatan restitusi, kegiatan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan sejawat, serta hasil pengumpulan tugas.

3. Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

KEGIATAN

MINGGU KE

1

2

3

4

(a)       Membuat perencanaan aksi nyata dan mengkomunikasikannya kepada kepala sekolah.

V

 

 

 

(b)      Melakukan revisi perencanaan jika diperlukan sebagai hasil konsultasi dengan kepala sekolah.

V

 

 

 

(c)       Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada walikelas dan rekan sejawat

V

 

 

 

(d)      Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas

V

 

 

 

(e)       Mendokumentasikan Setiap Kegiatan

V

V

V

V

(f)       Melakukan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan  sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

 

V

 

 

(g)       Mengkomunikasikan dan berkolaborasi dengan orang tua berkaitan penerapan disiplin positif di sekolah.

 

V

 

 

(h)      Melakukan Layanan Restitusi

 

V

V

 

(i)        Penerapan Disiplin Positif

 

V

V

V

(j)        Mengevaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.

 

 

 

V

(j)        Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk artikel.

 

 

 

V

4. Dukungan yang dibutuhkan.

Untuk menjalankan tindakan aksi nyata ini dibutuhkan dukungan:

  • Kepala Sekolah dan rekan sejawat.
  • Orang tua dan komite sekolah.
  • Peserta didik.
  • Masyarakat sekitar.
  • Sarana dan prasarana sekolah yang memadai. 
  • Media yang diperlukan

Dengan menjalin hubungan yang baik dan kemampuan berkomunikasi yang efektif dan persuatif, maka saya yakin akan mendapatkan dukungan dari kepala sekolah, rekan sejawat , pihak komite sekolah dan orang tua peserta didik serta masyarakat sekitar dalam menjalankan tindakan aksi nyata dalam rangka menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Sarana prasarana sekolah yang sudah memadai juga turut berkontribusi demi terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif ini.

1.3 Hasil Aksi Nyata

Adapun hasil dari tindakan aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :

  1. Terbentuknya keyakinan kelas yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas.
  2. Menguatnya karakter peduli terhadap teman yang membutuhkan dukungan belajar.Hal ini ditunjukkan dengan menjadi tutor sebaya bagi temannya yang kesulitan belajar.
  3. Menguatnya karakter bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan baik tugas mata pelajaran maupun yang berkaitan dengan kerapian dan kebersihan kelas.
  4.  Menguatnya karakter gotong royong. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran 100% setiap kali diadakan gotong royong untuk membenahi kelas.
  5. Menguatnya karakter disiplin waktu yang ditunjukkan dengan tidak adanya catatan terlambat masuk sekolah, disiplin dalam memakai masker dan disiplin dalam memakai seragam sesuai hari.
  6. Menguatnya karakter toleransi yang ditunjukkan dengan saling menghormati dan menghargai teman yang berbeda agama, suku, ciri fisik dan gender.
  7. Tumbuhnya karakter berdaya nalar kritis yang ditunjukkan dengan meningkatnya dari minggu ke minggu siswa yang aktif bertanya, menjawab, berpendapat/berargumen. 
  8. Adanya Poster Keyakinan kelas yang dipajang dikelas.
  9. Peserta didik sudah menunjukkan 5S. 

 

1.4. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata dalam membangun budaya positif ini adalah:

  1. Pentingnya membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan motivasi internal pada diri peserta didik. 
  2. Adanya dukungan dari dari berbagai pihak terkait, sarana dan prasarana yang memadai sangat berkontribusi dalam usaha membangun disiplin positif.
  3. Layanan restitusi dalam menyelesaikan permasalahan memfokuskan peserta didik untuk belajar dari kesalahan, menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki hubungan, fokus pada karakter dan solusi. 
  4. Untuk menerapkan displin restitusi, seorang guru harus mampu memposisikan diri sebagai manajer agar dapat membimbing siswa sehingga siswa mampu mengevaluasi diri bagaimana menjadi diri sendiri yang lebih baik.

1.5. Rencana Perbaikan Untuk Pelaksanaan di masa mendatang

Setiap 3 bulan, butir-butir keyakinan kelas dievaluasi dan diperbaiki. Jika item butir-butir keyakinan kelas sudah membudaya, maka diganti dengan item lainnya sehingga akan semakin banyak item-item budaya positif yang dapat ditumbuhkan pada peserta didik. 

Selain itu perlu koordinasi dan kolaborasi dengan orang tua dan guru  agar penanaman budaya positif lebih cepat terealisasi,berkembang dan terawat. 

 

 

Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya Positif

1. Komunikasi perencanaan tindakan dan revisi perencanaan kepada kepala sekolah dan komunikasi rekan sejawat tentang tindakan aksi nyata





                          

  2.  Pembentukan Keyakinan Kelas.





3.    Kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan  sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.



Sebuah gambar berisi teks

Deskripsi dibuat secara otomatis4.    Melakukan Layanan Restitusi, silahkan klik : 



5. Menerapkan Disiplin Positif



Sebuah gambar berisi dalam ruangan, lantai

Deskripsi dibuat secara otomatisSebuah gambar berisi teks, meja, orang, dalam ruangan

Deskripsi dibuat secara otomatisSebuah gambar berisi lantai, dalam ruangan

Deskripsi dibuat secara otomatisSebuah gambar berisi meja, duduk, jendela, dalam ruangan

Deskripsi dibuat secara otomatisSebuah gambar berisi teks, orang, grup, rok

Deskripsi dibuat secara otomatis

 

 

 

Sebuah gambar berisi dalam ruangan, beberapa, berantakan

Deskripsi dibuat secara otomatis6. Evaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah

 

 

 

 


Itulah dokumentasi mengenai aksi nyata budaya positif disekolah  saya, untuk laporan lengkap mengenai aksi nyata yang dibuat oleh calon guru penggerak