MODUL 2.1 JURNAL REFLEKSI MINGGU KE 10 (21 - 26 FEBRUARI 2022)
NITA MULYANI, S.PD.SD CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN PASURUAN
MODEL 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger
Greenaway.
1.Facts (Peristiwa) :
M Melalui Vicon dengan Intruktur ibu
Yuni Widiastuti , Fasilitator, dan CGP untuk menggali dan mengeksplorasi
pemahaman tentang memenuhi belajar murid melalui pembelajaran Berdeferensiasi
2.Feelings (Perasaan):
Dari kegiatan ini semakin memberikan semangat
baru dan pemahaman yang lebih baik tentang pembelajaran berdiferensiasi untuk
menerapkan dan mengimbaskan kepada murid, teman sejawat dan orang tua murid
3.Findings (Pembelajaran):
Sebelumnya memperlajarai materi ini saya
melaksanakan pembelajaran tanpa melihat kebutuhan murid, hanya mengacu pada KD
saja, hanya mengejar KKM. Dengan pembelajaran
berdiferensiasi ini saya harus menuntun
murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya. Salah satu tujuan Peran dan
Nilai Guru penggerak harus bisa menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid
yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Sesuai dengan Visi Guru
penggerak adalah mewujudkan profil pelajar pancasila dengan membangun budaya
posiitf yang mendukung pembelajaran berdefernsiasi
4.Future (Penerapan):
Setelah saya mempelajari modul ini
1.Saya akan menerapkan di lingkungan sekolah dan
sekitar serta melakukan kolaborasi dengan teman sejawat
2.Melakukan koordinasi dengan wali murid untuk meningkatkan
potensi murid
3.Saya akan mengimbaskan pembelajaran berdefernsiasi
ini pada kegiatan KKG
2.1.a.9 KONEKSI ANTRA MATERI
PEMBELAJARAN BEREDIFERENSIASI
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran
berdiferesiansi ? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common
sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap
murid. Tomlinson (2001: 45) Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
Kurikulum yang memiliki tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya
guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya
Bagaimana guru menanggapi ataumerespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan
sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang
berbeda.
Bagaimana mereka
menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk
belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan
informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah
dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau
sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang
ditetapkan.
Bagaimana hal ini bisa di lakukan di
kelas ? Yang harus kita lakukan adalah : 1.Mengidentifikasi kebutuhan murid mulai dari
kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar. 2.Mengidentifikasi
kebutuhan murid seperti : mengamati perilaku murid, mengidentifikasi
pengetahuan awal, mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran,
berbicara dengan guru murid sebelumnya, membaca rapor murid dari kelas mereka
sebelumnya,dan menggunakan berbagai penilaian formatif dan diagnostik 3.Menganalisis
penerapan 3 pembelajaran berdiferensiasi yaitu konten,proses, dan produk 4.Mengimplementasikan
RPP dalam konteks pembelajaran di kelas 5.Guru
menunjukkan sikap yang kreati, percaya diri, mau mencoba, berani mengambil
risiko dalam menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi
Bagaimana Pembelajaran Berdiferensiasi
dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang
optimal ? Dengan melakukan pemetaan terhadap
kebutuhan murid berdasarkan3 aspek
yaitu : A.Kesiapan belajar terdiri dari melihat
kemampuan murid dalam hal cepat - lambat, konkrit – abstrak, sederhana –
komplek, dan mandiri – bantuan.
Mencariinformasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan
kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk
memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan
murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook,
2
B.Minat adalah salah satu motivator penting bagi
murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Tomlinson, 2001) Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
1. menciptakan situasi
pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor,
menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
2. menciptakan konteks
pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
3. mengkomunikasikan nilai
manfaat dari apa yang dipelajari murid,
4. menciptakan kesempatan-kesempatan
belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based
learning).
C.Profil Bejar murid, terdiri dari lingkungan,
budaya, gaya belajar, dan multi intiligency Menerapkan Strategi yang tepat dalam
Pembelajaran Berdiferensiasi Konten materi
pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan
kurikulum ● Membedakan pengorganisasian ● Membedakan format penyampaian2. Proses kegiatan
yang memungkinkan murid berlatih dan memahami konten ● Membedakan proses yang
harus dijalani oleh murid Produk Bukti yang
menunjukkan apa yang murid telah pahami ● Membedakan dan memodifikasi produk
sebagai hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa
yang telah dipelajari
Koneksi Antar Materi
Pembelajaranberdifernsiasi bertujuan memenuhi kebutuhan
beajar murid yang dapat mengakomodir keberagaman siswa sepertikesiapan belajar, minat belajar dan profil
belajarsehingga mewujudkan pembelajaran
yang berpihak pada siswa
CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN PASURUAN
Filosofi Ki Hajar Dewantara
Menuntun
segala Kodrat yang ada pada anak yaitu kodrat alam dan kodrat zaman agar mereka
bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya baik sebagaimanusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru
menuntun tumbuh dan hidupnya kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki
lakunya (bukan dasarnya) dan tumbuh kekuatan kodrat pada anak
Nilai dan
Peran Guru Penggerak
Dalam mewujudkan pembelajaran Berdiferensiasi kita harus
menerapkan Nilai dan Peran Guru penggerak. Nilai-nilai Guru Penggerak yang harus terinternalisasi ke dalam
jiwa guru adalah 1) mandiri, artinya guru melakukan sesuatu atas kesadaran sendiri
tanpa perintah atasan atau pemangku kebijakan 2) reflektif, artinya memikirkan ulang, memutar ulang kejadian
yang sudah lalu karena pengalaman adalah guru yang terbaik jika diikuti dengan
refleksi; 3) kolaboratif, artinya sekarang bukan zamannya mengedepankan
persaingan, lebih baik saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yaitu
melahirkan profil pelajar pancasila; 4) Inovatif, artinya harus selalu melakukan perubahan sesuai
kodrat alam dan kodrat zaman, tanpa adanya inovasi kita akan tertinggal karena
banyak hal yang berubah dengan cepat; 5) Berpihak pada murid, artinya sebagai guru harus berempati,
memahami kebutuhan murid, memahami apa kebutuhan murid-murid kita. Peran guru penggerak adalah 1) menjadi pemimpin pembelajaran, yaitu mendorong wellbeing
kondisi pembelajaan siswa; 2) menggerakkan komunitas praktisi, artinya guru harus mampu
menggerakkan komunitas seperti KKG kearah yang lebih maju; 3) menjadi coach bagi guru lain, artinya guru penggerak harus
mampu menjadi suri tauladan bagi guru lain; 4) mendorong kolaborasi antarguru, artinya ia mampu bekerjasama
dengan rekan sejawat, tidak bersaing; 5) mewujudkan kepemimpinan murid, artinya guru penggerak mampu
membangun sikap kepemimpinan dalam diri siswa agar menjadi siswa yang
bertanggung jawab serta dapat mengembangkan potensinya sebagai seorang pribadi.
Visi Guru Penggerak
Peran guru penggerak merupakan dasar pijakan untuk mencapai
visi guru penggerak. Visi itu sendiri merupakan gambaran mimpi yang ingin
dicapai secara keseluruhan. Visi merupakan kalimat yang tidak mudah diwujudkan,
perlunya adanya upaya yang konsisten dan perubahan yang mendasar. Visi saya
sebagai guru penggerak adalah "Unggul dan Kompeten dalam Mewujudkan
Merdeka Belajar untuk melahirkan Profil Pelajar Pancasila". Guru penggerak
tentunya harus menginternalisasi nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam
dirinya sehingga mampu mewujudkan merdeka belajar. Sesuai dengan tujuan Pembelajaran
berdiferensiasi dalam membentuk profil pelajar pancasila yang sesuai dengan
visi guru penggerak dan sekolah yang dibangun berdasarkan pemetaan kekuatan
internal dan eksternal melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). Inkuiri
apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu
organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui
pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam
suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam
akronim BAGJA tersebut adalah Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi,
Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi.
Budaya Positif
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferesiasi
di kelas diperlukan suatu lingkingan belajar yang aman, nyaman dimana terdapat
budaya positif dalam kelas tersebut. Dalam hal ini budaya positif lebih
berpihak pada siswa. Yang pertama harus kita lakukan yaitu : 1.Membuat Kesepakatan Kelas sebagai Langkah Awal dalam
Membangun Budaya Positif yang Berpihak pada Murid 2.Menciptakan Visi
Sekolah untuk Membangun Budaya Positif yang Berpihak pada Murid Bahwa
untuk membangun budaya positif, keterlibatan guru, murid, manajemen sekolah dan
orang tua sangat diperlukan. Semuanya harus bahu membahu dalam membangun budaya
positif di sekolah. Untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang
yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga
membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.
Aksi Nyata Budaya Positif
Modul 1.4 Guru Penggerak
Aksi nyata
budaya positif modul 1.4 calon guru penggerak merupakan implementasi modul yang
membahas "budaya positif" bagi siswa dilingkungan sekolah.
Dalam modul inicalon guru penggerak di didik bagaimana
cara mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif
dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran
yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi
ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Dalam modul
tersebut terdapat tugas yang harus diselesaikan oleh calon guru penggerak.
Salah satu tugasnya adalah aksi nyata budaya positif.
Berikut ini
salah satu tugas dari modul 1.4 yang dibuat oleh salah satu calon guru
penggerak.
Aksi Nyata Budaya Positif
Dibuat oleh Nita
Mulyani, S.Pd.SD UPT Satuan Pendidikan SDN SUKOREJO I Kabupaten
Pasuruan Jawa Timur
1.1 Latar Belakang
Budaya Positif
di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki
karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman
untuk pendidikan di Indonesia. Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu
menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar peserta didik mampu
berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri, dan
bertanggungjawab.
Salah satu
strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang selama ini
dijalankan di sekolah. Kesadaran akan penerapan disiplin belum berdasarkan
motivasi internal, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin
positif, namun masih menganut sistem penghargaan dan hukuman. Model disiplin
yang dibangun masih belum berpusat pada siswa selain itu posisi kontrol guru
belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat siswa
merasa bersalah.
Sebagai
pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin
diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan
universal dan memiliki motivasi internal. Siswa yang memiliki disiplin diri
berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.
Bagaimana Peran
kita sebagai pendidik dapat menumbuhkan disiplin diri pada diri siswa sehingga
siswa mampu menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang
dihargai dan bermakna, mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan
yang mengacu pada nilai-nilai yang dihargai.
Bagaimana
budaya positif yang sudah ada disekolah berkembang menjadi karakter semua warga
sekolah. Bagaimana pendidik menumbuhkembangkan budaya positif dalam mewujudkan
karakter profil pelajar pancasila, dan bagaimana menerapkan disiplin restitusi
di posisi monitor dan manajer sehingga lingkungan yang positif, aman dan nyaman
dapat terwujud.
1.2 Deskripsi Aksi Nyata
1. Tujuan.
Adapun yang
menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:
Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya
positif.
Terbentuknya karakter disiplin yang kuat.
Menumbuhkan dan menguatkan karakter positif
melalui pembiasaan-pembiasaan positif.
Menumbuhkembangkan karakter profil pelajar
pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global
dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pamcasila.
Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui
penerapan restitusi dalam menanamkan disiplin positif pada siswa.
2. Tolak Ukur
Untuk
mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol
kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan
dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Keyakinan kelas ini
dibentuk dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas.
Konsistensi peserta didik dan walikelas dalam
menjalankan keyakinan kelas.
Minimal 75% peserta didik sudah menunjukkan
menguatnya karakter positif seperti religius, peduli, disiplin, toleransi,
gotong royong dan bertanggungjawab pada proses pembelajaran maupun diluar
proses pembelajaran.
Membudayanya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan
Santun)
Munculnya karakter berdaya nalar kritis pada
proses pembelajaran yang terlihat dari keaktifan peserta didik dalam
bertanya, berpendapat/berargumen, dan menjawab pertanyaan dari guru.
Dokumentasi kegiatan pembentukan keyakinan kelas
bersama peserta didik dan wali kelas, proses kegiatan restitusi, kegiatan
kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan sejawat, serta hasil
pengumpulan tugas.
3. Linimasa Tindakan
yang akan dilakukan
KEGIATAN
MINGGU KE
1
2
3
4
(a)Membuat perencanaan aksi nyata dan mengkomunikasikannya kepada kepala
sekolah.
V
(b)Melakukan revisi perencanaan jika diperlukan sebagai hasil konsultasi
dengan kepala sekolah.
V
(c)Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi
nyata kepada walikelas dan rekan sejawat
V
(d)Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas
V
(e)Mendokumentasikan Setiap Kegiatan
V
V
V
V
(f)Melakukan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan sejawat
berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.
V
(g)Mengkomunikasikan dan berkolaborasi dengan orang tua berkaitan penerapan
disiplin positif di sekolah.
V
(h)Melakukan Layanan Restitusi
V
V
(i)Penerapan Disiplin Positif
V
V
V
(j)Mengevaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka
membudayakan kebiasaan positif di sekolah.
V
(j)Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam
bentuk artikel.
V
4. Dukungan yang dibutuhkan.
Untuk
menjalankan tindakan aksi nyata ini dibutuhkan dukungan:
Kepala Sekolah dan rekan sejawat.
Orang tua dan komite sekolah.
Peserta didik.
Masyarakat sekitar.
Sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
Media yang diperlukan
Dengan menjalin hubungan yang baik dan kemampuan berkomunikasi yang efektif
dan persuatif, maka saya yakin akan mendapatkan dukungan dari kepala sekolah,
rekan sejawat , pihak komite sekolah dan orang tua peserta didik serta
masyarakat sekitar dalam menjalankan tindakan aksi nyata dalam rangka
menumbuhkan budaya positif di sekolah.
Sarana
prasarana sekolah yang sudah memadai juga turut berkontribusi demi terwujudnya
visi sekolah melalui penerapan budaya positif ini.
1.3 Hasil Aksi Nyata
Adapun hasil
dari tindakan aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :
Terbentuknya keyakinan kelas yang dibuat dan
disepakati oleh peserta didik bersama walikelas.
Menguatnya karakter peduli terhadap teman yang
membutuhkan dukungan belajar.Hal ini ditunjukkan dengan menjadi tutor
sebaya bagi temannya yang kesulitan belajar.
Menguatnya karakter bertanggungjawab terhadap
tugas yang diberikan baik tugas mata pelajaran maupun yang berkaitan
dengan kerapian dan kebersihan kelas.
Menguatnya karakter gotong royong. Hal ini
ditunjukkan dengan kehadiran 100% setiap kali diadakan gotong royong untuk
membenahi kelas.
Menguatnya karakter disiplin waktu yang
ditunjukkan dengan tidak adanya catatan terlambat masuk sekolah, disiplin
dalam memakai masker dan disiplin dalam memakai seragam sesuai hari.
Menguatnya karakter toleransi yang ditunjukkan
dengan saling menghormati dan menghargai teman yang berbeda agama, suku,
ciri fisik dan gender.
Tumbuhnya karakter berdaya nalar kritis yang
ditunjukkan dengan meningkatnya dari minggu ke minggu siswa yang aktif
bertanya, menjawab, berpendapat/berargumen.
Adanya Poster Keyakinan kelas yang dipajang
dikelas.
Peserta didik sudah menunjukkan 5S.
1.4. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
Pembelajaran
yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata dalam membangun budaya
positif ini adalah:
Pentingnya membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan
motivasi internal pada diri peserta didik.
Adanya dukungan dari dari berbagai pihak terkait,
sarana dan prasarana yang memadai sangat berkontribusi dalam usaha
membangun disiplin positif.
Layanan restitusi dalam menyelesaikan
permasalahan memfokuskan peserta didik untuk belajar dari kesalahan,
menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki hubungan, fokus pada
karakter dan solusi.
Untuk menerapkan displin restitusi, seorang guru
harus mampu memposisikan diri sebagai manajer agar dapat membimbing siswa
sehingga siswa mampu mengevaluasi diri bagaimana menjadi diri sendiri yang
lebih baik.
1.5. Rencana Perbaikan Untuk Pelaksanaan di masa mendatang
Setiap 3 bulan,
butir-butir keyakinan kelas dievaluasi dan diperbaiki. Jika item butir-butir
keyakinan kelas sudah membudaya, maka diganti dengan item lainnya sehingga akan
semakin banyak item-item budaya positif yang dapat ditumbuhkan pada peserta
didik.
Selain itu
perlu koordinasi dan kolaborasi dengan orang tua dan guruagar penanaman budaya positif lebih cepat
terealisasi,berkembang dan terawat.
Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya Positif
1. Komunikasi perencanaan tindakan
dan revisi perencanaan kepada kepala sekolah dan komunikasi rekan sejawat
tentang tindakan aksi nyata
2.Pembentukan Keyakinan
Kelas.
3.Kolaborasi dan sharing
dengan walikelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya
positif di kelas.
4.Melakukan Layanan
Restitusi, silahkan klik :
5. Menerapkan Disiplin
Positif
6. Evaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi
nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah
Itulah dokumentasi
mengenai aksi nyata budaya positif disekolah saya, untuk laporan lengkap mengenai
aksi nyata yang dibuat oleh calon guru penggerak