Kamis, 21 April 2022

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran





Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh Perkenalkan nama saya Nita Mulyani, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SDN  SUKOREJO I Kabupaten Pasuruan. Alhamdulillah saya diberikan kesempatan saat oleh Allah SWT dan   terima kasih kepada Fasilitator saya Ibu Rosmawati, S.Pd biarpun kita jauh namun terasa dekat di hati  dan juga kepada Pengajar Praktik saya Bapak Gunawan Maryoto , M.Pd yang sangat menginspirasi. Dalam karya tulis ini saya akan menyampikan tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi. Dalam kesehariannya menjalankan tugas, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama. 

Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang pertama adalah Rule-based Thinking atau pemikiran berbasis peraturan yang kedua End-based Thingking atau pemikiran berbasis hasil akhir dan yang ketiga adalah Care-based Thingking atau pemikiran berbasis rasa Peduli. Rule-based Thinking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengedepankan intuisi, kejujuran, aturan atau suatu prinsip yang mendalam. End-based Thingking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengutamakan nilai-nilai agama, penghargaan akan kehidupan, masa depan dan kepentingan orang banyak. Sementara itu Care-based Thingking biasa diambil oleh orang-orang yang mengutamakan rasa kasih sayang, cinta, toleransi, kesetian dan  empati. 

Dan berdasarkan paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. 

Ada 9 langkah-langkah yang dapat dilakukan :

•         Pertama adalah mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang saling bertentangan.

•         Kedua menentukan pihak-pihak yang terlibat

•         Ketiga mengumpulkan fakta-fakta secara lengkap dan detail

•         Keempat melakukan pengujian benar atau salah

•         Kelima melakukan pengujian benar melawan benar

•         Keenam melakukan prinsip revolusi

•         Ketujuh mencoba mencari atau menginvestigasi opsi trilemma

•         Kedelapan membuat keputusan

•         dan yang terakhir atau kesembilan yaitu melakukan refleksi dan mengambil pelajaran dari suatu keputusan yang telah diambil.

 Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatihnya evaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.


TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

: Tujuan

: Identifikasi

: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Demikianlah pembahasan tentang Modul 3.1.a.9 Koneksi antar Materi 3.1, semoga bermanfaat bagi kita semua. 

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh





Senin, 18 April 2022

MODUL 3.1.A.6 REFELKSI TERBIMBING

3.1.a.6 Refleksi Terbimbing Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimipin Pembelajaran

1. Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Dalam pengambilan keputusan yang berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah merupakan hal yang sangat baru bagi saya, dan ini di luar pemikiran saya yang selama ini dalam pengambilan keputusan hanya berdasarkan hal bijak dan ternyata  dilema etika merupakan sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan, bujukan moral merupakan sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Sebagai guru, kita mungkin pernah mengalami situasi dilema etika. Saat hal itu terjadi, ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti:1. cinta dan kasih sayang 2. Kebenaran 3. keadilan 4. kebebasan 5. Persatuan 6. toleransi 7. Tanggung jawab dan penghargaan akan hidup yang disebut sebagai paradigma dalam pengambilan keputusan. Secara umum paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika ada 4 seperti di bawah ini: 

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

Prinsip pengambilan keputusan ada tiga, yaitu

·         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) ditentukan dengan konsekuensi atau hasil dari suatu tindakan.

·         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) menentukan keputusan berdasarkan peraturan yang telah dibuat

·         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) prinsipnya “Lakukan kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda." Dengan kepedulian terhadap sesama kita akan menjadi lebih peka dan bersimpati.

Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan

1.      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.      Pengujian benar atau salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran, uji panutan/idola.

5.      Pengujian paradigma benar lawan benar

6.      Melakukan prinsip resolusi

7.      Investigasi opsi trilema

8.      Buat keputusan

9.      Lihat lagi keputusan dan refleksikan. 

Itulah beberapa hal yang di luar pemikiran saya  sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Ternyata dalam pengambilan keputusan kita perlu mengambil dengan sangat bijak. Tetapi tidak semua keputusan harus menggunakan pedoman tersebut, jadi tergantung juga permasalahannya. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita perlu membiasakan diri dalam mengambil keputusan yang tepat dan dapat dipertangungjawabkan

2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.
Jawaban  :

Contoh Dilema Etika yang pernah saya hadapi yaitu  Teman saya sebagai penanggung jawab koperasi sekolahda juga sebagai bendahara, pada suatu hari beliau membutuhkan uang untuk biaya  anaknya masuk sekolah, dan beliau meminta pendapat saya dan juga berjanji akan mengembalikan uangnya paling lama 8 bulan. Setelah berjalan lebih dari 8 bulan  ternyata ada teman yang  menayakan keuangan koperasi, dan disinilah saya merasakan Dilema etika . Maka saya menganalisis kasus ini  berdasarkan 4 paradigma, kasus ini termasuk paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dimana peraturan koperasi harus di laksanakan disisi lain teman saya masih belum ada uangnya untuk mengembalikan. Prinsip yang termasuk dalam kasus ini yaitu Care Based Learning  yaitu bahwa saya peduli dengan teman saya. Dan saya melalukan pengujian dengan 9 langkah dimana hasil akhirnya saya harus merahasiakan dari teman yang lain, dan saya memberikan jeda waktu kepada teman saya untuk melunasi uang yang dipinjam dari koperasi sekolah

3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Jawaban :
Setelah saya mempelajari modul ini banyak sekali hal baru yang saya pelajari salah satunya yaitu saya mulia paham hal apa saja yang harus saya lakukan dalam setiap pengambilan keputusan dan ada berbagai macam pertimbangan yang perlu diperhatikan agar bisa menghasilkan keputusan bijaksana. Jika sebelumnya saya mengambil keputusan hanya berdasarkan feeling saya saja, hanya berdasarkan sudut pandang saya saja, emosi kadang malah lebih dominan dalam pengambilan keputusan saya yang kadang kala hanya menguntungkan diri kita sendiri. Setelah mempelajari modul ini saya merasa bahwa keputusan saya kurang tepat, setiap keputusan harus diambil dengan kesadaran yang tinggi. Dan setiap keputusan harus  menguntungkan kedua belah pihak

4. Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Jawaban : 

Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 ini saya merasakan lebih percaya diri  dalam mengambil keputusan terutama sebagai pemimpin pembelajaran, saya lebih percaya diri karena bisa memastkan keputusan yang saya ambil tepat atau efektif karena sudah melalui proses pengujian keputusan yang terdiri dari 3 paradigma, 4 prinsip dan 9 langkah tersebut, walaupun saya juga harus tetap beajar dan sharing kepada teman sejawat yang sudah berpengalaman untuk memastikan keputusan saya sesuai atau keputusan saya tersebut tepat. Sebelumnya saya identifikasi dulu permasalahan yang terjadi tidak hanya mengumpulkan faktanya saja tetapi juga fokus pada kenyataan. Saya juga merasakan mendapat pengetahuan yang berharga terutama sebagai individu dalam memandang permasalahan yang saya hadapi.

5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
Jawaban :
Menurut saya pengetahuan  tentang pengambilan keputusan ini sangat penting bagi saya sehingga saya bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini saya merasa bahwa banyak hal atau keputusan yang saya buat selama ini tidak berdasar alur pemikiran yang jelas dan terstruktur, sehingga setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9 langkah pengambilan keputusan, membuat saya semakin mantap dan percaya diri untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Walaupun saya harus lebih banyak lagi berlatih lagi dan belajar untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan ini dan menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh tapi saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pengetahuan bagaimana orang-orang hebat mengambil keputusan yang tepat.

6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
Jawaban :

Hal yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak pada lingkungan atau komunitas saya adalah:

  • Membagi materi tentang pengambilan keputusan ini melalui grup wa sekolah maupun secara formal melalui kegiatan komunitas praktisi di sekolah
  • Mengajak teman sejawat berkolaborasi dalam mengambil keputusan atas kasus yang terjadi di sekolah dengan memanfaatkan pengetahuan cara pengambilan keputusan yang sudah saya pelajari
  • Menerapkan konsep-konsep mengenai3 paradigma, 4 prinsip  dan 9 cara pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan pada saat saya mengalami keadaan atau situasi dilema etika

7. Selain konsep-konsep tersebut,adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
Jawaban :
Hal lain yang perlu dipelajari  dalam proses pengambllan keputusan adalah bagaimana  tehnik yang kita harus lakukan dalam melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan sehingga tidak terkesan berkonsultasi yang berlebihan terhadap suatu masalah. Dan juga bagaimana tehnik yang di lakukan dalam pengambilan keputusan secara berkelompok atau melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan, sehingga memaksimalkan potensi  dan mengambil keputusan yang tepat. Dan bersikap teliti dan bijaksana juga harus berani serta bertanggung jawab dalam menentukan pilihan yang tepat

8.Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?
Jawaban : 
Nasihat orang tua yang di tanamkan adalah bahwa saya harus mempunyai pribadi yang sukses yang bisa membawa perubahan besar yang harus mempunyai nilai nilai tradisi di masyarakat sekitar berdasarkan nilia nilia luhur di sekitar masyarakat.

Sebagai seorang guru karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk pengambilan keputusan, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya adat istiadat, dan estetika

Kamis, 14 April 2022

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

 Respondent: NITA MULYANI Submitted on: Thursday, 14 April 2022, 8:38 PM


Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan


Question #1

1

Response is required
Response is required

Sebenarnya apa yang dilakukan bu Tati itu sudah benar karena beliau adalah orang yang sangat disiplin dan pasti tujuannnya adalah demi meningkatkan kedisiplinan di kelasnya. Antara benar dalam pengambilan keputusan bu Tati  ada pertentangan caranya dalam mendisplinkan siswanya disini ada kebenaran yang bertentangan, seharusnya bu Tati menggunakan cara yang relevan

Question #2

2

Response is required
Response is required

Melihat situasi ini saya sebagai rekan sejawat bu Tati mengalami dilema, bahwa Bu Tati sebagai guru yang ingin menanamkan kedisiplinan menurut saya itu sangat bagus tetapi dalam sudut pandang yang lain saya tidak setuju dengan yang dilakukan Bu Tati karena nantinya akan berdampak tidak baik terhadap siswa tersebut

Question #3

3

Response is required
Response is required
fakta faktanya yaitu :

1.  Bu Tati adalah Seorang Guru yang memiliki kedisiplinan yang tinggi, pekerja  keras dan muridnya rata rata nilainya juga bagus bagus.  Kepala Sekolah Anda dan orang tua murid juga sangat menghargai ibu Tati

2. Muridnya BU Tati berlutut di atas bebatuan sekolah yang sangat panas hari itu, menghadap di depan pintu kelas ibu Tati, teman temannya secara tidak langsung sering melihat temannya, dan rekan sejawat melihat secara langsung kejadian ini

Dalam peristiwa ini untuk memberikan efek jera pada siswa  dalam hal pendisiplinan diri sangat bagus tetapi harus dengan cara yang tepat. Jika caranya tidak tepat maka akan menimbulkan banyak permasalahan dimana bisa saja orang tua siswa tidak terima maka orang tua akan melaporkan pada pihak berwajib

Question #4

4

Response is required
Response is required

1. Ada, dalam kasus ini Bu Tati bisa di anggap melanggar Hak asasi manusia

2. Dalam peraturan sekolah tidak diperbolehkan adanya hukuman secara fisik

3. Bedasarkan perasaan dalam situasi seperti ini saya sangat tidak tega sekali dengan anak yang dihukum secara fisik. Dan pastinya saya tidak setuju  karena hukuman ini akan berpengaruh bukan secara fisik tapi psikologi anaknya akan terkena, dan hal ini pasti tidak mudah dilupakan oleh siswa

4. pasti tidak nyaman, karena akan mencoreng nama baik sekolah . tetapi masalah ini harus segara di selesaiakan 

5. Kepala sekolah dan rekan guru yang lain pasti akan berpendapat yang sama yaitu untuk menyelesaikan maslah ini dengan meluruskan permasalahan yang dialami bu tati

Question #5

5

Response is required
Response is required

Rasa keadilan lawan rasa kasihan dan Jangka pendek lawan jangka panjang

Tindakan Bu tati tersebut akan menimbulkan rasa keadilan dan rasa kasihan Karena setiap anak itu memiliki hak yang sama sebagai seorang manusia seutuhnya dengan adanya hukuman yang diberikan bu tati maka akan menimbulkan rasa kasihan dari teman dan guru guru yang lain. Selain itu juga menimbulkan jangka pendek dan jangka panjang terhadap dunia pendidikan utamanya di sekolahnya. Maka bisa saja nama baik akan tercemarkan dan yang lebih penting adalah psikologi anak agar tidak ada rasa trauma pada saat sekolah

Question #6

6

Response is required
Response is required

Prinsip yang akan digunakan untuk mengatasi situasi tersebut adalah Berpikir Berbasis Peraturan (Rule Based Thinking), karena berkaitan dengan aturan dengan menjunjung tinggi prinsip dan nilai.

Question #7

7

Response is required
Response is required

Dengan cara mendiskusikan secara intensif dengan Bu Tati, kita menyampaikan dengan penuh kelembutan hati agar tidak melukai perasaan Bu tati

Question #8

8

Response is required
Response is required

Keputusan yang dapat saya ambil adalah mendatangi bu Tati, berdiskusi dengannya tentang berbagai hal termasuk situasi yang terjadi saat itu. Membuat komitmen yang sesuai bersama sama., tentang cara pendisiplinan yang pas untuk anak didik di sekolah. Dengan begitu semua dapat teratasi dengan baik tanpa merusak keharmonisan warga sekolah

Question #9

9

Response is required
Response is required

Menurut saya cara berdiskusi merupakan cara terbaik untuk dilakukan, tanpa menggurui ataupun menjustice, sehingga moral dan etika tetap berjalan beriringan sesuai aturan yang ada. Manfaatnya dapat membuat kesepakatan terbaik untuk masa mendatang terkait displin yang akan diterapkan pada semua warga sekolah